Header Ads

Petir by Dee Lestari

Petir (Supernova #3) by Dee Lestari

Sinopsis :

Jakarta Mawar. Aster. Krisan. Anggrek. Pria itu menggeleng. Bank. Kekasihnya hanya tertarik pada bunga bank. Bukan karena gila harta, melainkan semata-mata tak suka tanaman. Main ski ke Swiss. Cokelat Swiss. Jam tangan Swiss. Pria itu menggeleng lagi. Pisau. Kekasihnya berpendapat pisau Swiss termasuk salah satu temuan tergenius sepanjang peradaban manusia dan ia sudah punya sedikitnya dua belas. Tak ada gunanya menambahkan lagi satu. Sepercuma buang garam ke laut. Sesalah buang gula ke teh hijau. “Tambah ocha-nya lagi, Pak Dimas?” Pria itu mendongak. Ada ribuan pilihan tempat untuk makan siang di Kota Jakarta, tetapi ia selalu memilih makan sushi di tempat sama, hampir empat kali seminggu, dan pelayan
ini sudah dikenalnya lima tahun lebih, tetapi masih memanggilnya dengan sebutan “Pak”. Tiap kali tanpa jera Dimas mengingatkan, panggil “Mas”, jangan “Pak”. Dan, semakin diingatkan semakin ia melanggar. “Heru, kalau kamu sudah pacaran dengan orang dua belas tahun, kamu mau kasih kado apa?” Dimas bertanya. Pelayan bernama Heru memandang langit-langit, berusaha lari dari pertanyaan aneh itu. “Dua belas tahun, Pak?” “Dan jangan panggil saya ‘Pak’.” “Saya belum pernah pacaran sampai selama itu, Pa maaf.” “Dikira-kira saja.” Heru mengernyitkan kening.
Pertanyaan ini terlampau pelik untuk pukul 12 siang. “Mmm. Kalau sudah dua belas tahun, harusnya semuanya sudah dikasih, ya.” “Jadi, nggak perlu kasih apa-apa lagi?” Heru mengangguk kilat. Malas membahas. “Ocha satu pot lagi.” “Baik, Pak.” Dimas memandangi Heru berlalu sambil berpikir, mungkin sudah saatnya ia menyerah. Berhenti mengoreksi. Na mun, ia belum mau menyerah untuk yang satu ini. Semestinya ada yang bisa dipersembahkan, atau dilakukan, sekalipun telah ia kenali Reuben sebaik dirinya sendiri, dan dirinya tidak butuh apa-apa. Hanya cinta. Dua belas tahun bukan waktu yang singkat. Tidak untuk  pasangan gay. Akan lebih mudah bagi mereka jika punya cincin emas tanda pengikat, yang merangkap fungsi sebagai stiker “Awas Anjing Galak!” karena apabila ada apa-apa dengan ikatan keduanya maka keluarga, negara, bahkan mungkin Tuhan siap merangsak mengamuk.

Baca juga



Namun, jendela hidup mereka polos tanpa stiker. Barangkali cuma cinta. Dan, Cinta tak butuh aksara. Dimas meraih ponsel. Hanya satu tombol untuk menghubungkannya dengan Reuben. Hanya satu nada panggil, telepon itu diangkat. “... ya!” “Halo, Reuben ”“... tapi, kan, saya sudah bilang, kalau mau memakai pendekatan kualitatif, Anda tidak bisa menganalisisnya dengan cara begini, dong!” “Reuben ” “Bubarkan saja ini penelitian! Ngapain saya ikut susah!” “Ben!” “Ya?” “Kamu ngomong sama siapa, sih?” “Silakan Anda bawa pulang ini semua! Buang ke fakultas lain!” “Ya, sudah, deh. Nanti aku telepon lag ” Klik. Atau, lebih tepat lagi “tut”. Terputus. Dimas menghela napas. Perlahan meletakkan teleponnya dan meraih poci ocha sebagai ganti. Kekasihnya tidak butuh apa-apa. Hanya sedikit terapi jiwa. Mungkin sudah saatnya ia menyerah. Me lewatkan satu lagi hari jadi tanpa cendera mata. Dengan langkah beringas, Reuben memasuki pelataran rumah Dimas di bilangan Menteng yang senyap. Napasnya ter sengal-sengal. Pintu yang diketahuinya tak terkunci langsung diterobos masuk.

Detail Buku:

Judul         : Supernova Episode: Petir
Penulis      : Dee Lestari
Penerbit     : PT Bentang Pustaka
ISBN         :
978-602-8811-73-6
Tebal         : 286 hlm

Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “ Supernova Episode: Petir “, karya terbaru Dee Lestari. Untuk mendownload novel  “  Supernova Episode: Petir “ karya Dee Lestari silahkan klik di sini.

Terima kasih telah membaca “  Supernova Episode: Petir “, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi di sini.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.